Konnichiwa! Teman-teman, gomen, ya, aku udah lama nggak posting. Ehehe... Nah, sekarang, aku kembali dengan kisah Nabi Ismail A.s. Just co-pas alias copy paste kalau perlu untuk tugas. Arigatou!
KISAH NABI ISMAIL DAN PENGORBANANNYA
Kisah Nabi Ismail bermula dari Nabi
Ibrahim dan istrinya Sarah yang sudah tua, tetapi belum dikaruniai anak. Hingga
akhirnya, Sarah menyarankan pada Nabi Ibrahim agar menikah dengan pembantunya,
Siti Hajar. Nabi Ibrahim pun menikahi Hajar dan dikaruniai seorang putra, yaitu
Ismail.
Namun, karena cemburu, Sarah
menyuruh Nabi Ibrahim untuk menjauhkan Hajar dari dirinya. Maka, atas petunjuk
Allah, Nabi Ibrahim membawa Hajar dan Ismail ke suatu tempat yang jauh, memakan
waktu berhari-hari, menembus padang pasir yang luas dan terik matahari.
Mereka tiba di tempat yang kering,
tiada air dan tumbuh-tumbuhan. Nabi Ibrahim meminta Hajar dan Ismail untuk
tinggal di tempat itu dan minta izin untuk kembali ke Palestina. Hajar terkejut
dan menangis mendengar perkataan suaminya. Namun, akhirnya Hajar sadar akan
tugas suaminya. Sebelum pergi, Nabi Ibrahim berdoa supaya istri dan anaknya
dimuliakan oleh Allah di tempat itu.
Ketika perbekalan yang dibawa telah
habis, Ismail menangis karena haus dan lapar. Ismail pun diletakkan di tanah
dan Hajar pergi mencari air karena ia sudah tidak mampu menyusui anaknya.
Hajar mendaki Bukit Shafa dan Marwah sebanyak tujuh
kali, tetapi tidak menemukan air. Ia kaget saat melihat air jernih memancar dari
hentakan kaki Ismail. Air itu terus memancar dan membentuk telaga yang hingga
kini disebut Telaga Zam-Zam. Sejak adanya sumber air itu, banyak musafir dan
pedagang yang singgah bahkan menetap di sana.
Suatu hari, Nabi Ibrahim berkunjung ke tempat itu.
Beliau keheranan akan perubahan dari tempat sunyi menjadi ramai. Nabi Ibrahim
bertanya tentang Hajar dan Ismail pada masyarakat setempat. Kemudian, beliau
bergegas pergi ke Padang Arofah tempat Hajar dan Ismail tinggal dan menggembala
ternak.
Nabi Ibrahim merasa sangat bahagia bertemu dengan
istri dan anaknya setelah bertahun-tahun lamanya. Tatkala senja, mereka
bermaksud pulang ke rumah. Di tengah perjalanan, mereka beristirahat di suatu
tempat bernama Mudzalifah. Dalam tidur, Nabi Ibrahim bermimpi mendapat wahyu
untuk menyembelih Ismail. Mimpi itu terulang pada malam berikutnya sampai tiga
kali.
Akhirnya, Nabi Ibrahim mendatangi Ismail dan
menceritakan apa yang diperintahkan padanya. Tanpa rasa takut atau ragu, Ismail
menyanggupinya karena itu perintah Allah. Maka, mereka segera bersiap. Ismail
diberi pakaian yang bagus-bagus. Kemudian, mereka berpamit pada Hajar dengan
alasan jalan-jalan.
Di tengah jalan, mereka bertemu seseorang. Nabi
Ibrahim tahu orang itu adalah iblis yang menyerupai manusia. Orang itu pun
dilempari batu oleh Nabi Ibrahim dan Ismail. Inilah asal usul ibadah haji
Jumratul Ula.
Tak jauh dari tempat itu, muncul lagi setan lain
yang bermaksud mengganggu. Setan itu juga dilempari batu dan inilah peristiwa
Jumratul Wustha. Di Bukit Aqobah, mereka kembali melempari jelmaan setan yang
disebut Jumratul Aqobah.
Akhirnya, mereka sampai di Bukit Mina. Sebelum
penyembelihan dilaksanakan, Ismail meminta Nabi Ibrahim untuk mengikat kedua
tangan dan kakinya, menutup wajahnya dengan baju, dan mempercepat gesekan
pedang, lalu memberikan salam dan pakaian pada ibunya sebagai kenang-kenangan.
Nabi Ibrahim sangat terharu akan ketabahan putranya.
Ketika pedang telah menempel di leher Ismail, Nabi
Ibrahim mendengar suara di angkasa. “Wahai, Ibrahim! Kau telah melaksanakan
perintah Allah dalam mimpimu! Kami membalas ketaatanmu dengan balasan yang
setimpal.” Beliau cepat-cepat menarik pedang dan nampaklah sosok Malaikat
menuntun seekor domba. Kemudian, sebagai ganti nyawa Ismail, domba pemberian
Jibril disembelih dan dagingnya dibagikan pada fakir miskin. Inilah asal mula
Hari Raya Kurban.
Ketika dewasa, Ismail menjadi tokoh masyarakat yang
disegani. Ia membimbing kaumnya dengan syariat agama Nabi Ibrahim yang lurus.
Suatu hari, Nabi Ibrahim mendapat wahyu agar
membangun Ka’bah di dekat Telaga Zam-Zam. Akhirnya, Nabi Ibrahim dan putranya,
Ismail, membangun Ka’bah pertama kali dengan peralatan yang sangat sederhana.
Dan Nabi Ibrahim berdoa kepada Allah agar anak cucunya menjadi orang yang sabar
dan taat kepada Allah.
Bangunan sudah selesai, tapi masih kurang satu bahan
yaitu sebuah batu. Ismail menemukan sebuah batu hitam ajaib yang disebut Hajar
Aswad. Mereka pun menciumi batu itu sambil mengelilingi Ka’bah. Inilah yang
nantinya disebut Thawaf, yaitu keliling Ka’bah tujuh kali dan disunnahkan
mencium Hajar Aswad.
Sejak berdirinya Ka’bah, tempat itu ramai dikunjungi
orang dari berbagai negari. Hingga saat ini, banyak umat Islam di seluruh dunia
berkumpul di Ka’bah pada musim haji.
Ismail menikah dengan wanita dari Suku Jurhum namun
bercerai karena Nabi Ibrahim tidak menyukai sikap wanita yang sombong dan
angkuh. Kemudian, Ismail menikah lagi dengan wanita Jurhum lainnya. Nabi
Ibrahim menyukai sikapnya yang sopan dan ramah tamah. Mereka hidup rukun hingga
akhir hayatnya.