Senin, 11 Februari 2013

Kisah Nabi

Konnichiwa! Teman-teman, gomen, ya, aku udah lama nggak posting. Ehehe... Nah, sekarang, aku kembali dengan kisah Nabi Ismail A.s. Just co-pas alias copy paste kalau perlu untuk tugas. Arigatou!

KISAH NABI ISMAIL DAN PENGORBANANNYA

            Kisah Nabi Ismail bermula dari Nabi Ibrahim dan istrinya Sarah yang sudah tua, tetapi belum dikaruniai anak. Hingga akhirnya, Sarah menyarankan pada Nabi Ibrahim agar menikah dengan pembantunya, Siti Hajar. Nabi Ibrahim pun menikahi Hajar dan dikaruniai seorang putra, yaitu Ismail.
            Namun, karena cemburu, Sarah menyuruh Nabi Ibrahim untuk menjauhkan Hajar dari dirinya. Maka, atas petunjuk Allah, Nabi Ibrahim membawa Hajar dan Ismail ke suatu tempat yang jauh, memakan waktu berhari-hari, menembus padang pasir yang luas dan terik matahari.
            Mereka tiba di tempat yang kering, tiada air dan tumbuh-tumbuhan. Nabi Ibrahim meminta Hajar dan Ismail untuk tinggal di tempat itu dan minta izin untuk kembali ke Palestina. Hajar terkejut dan menangis mendengar perkataan suaminya. Namun, akhirnya Hajar sadar akan tugas suaminya. Sebelum pergi, Nabi Ibrahim berdoa supaya istri dan anaknya dimuliakan oleh Allah di tempat itu.
            Ketika perbekalan yang dibawa telah habis, Ismail menangis karena haus dan lapar. Ismail pun diletakkan di tanah dan Hajar pergi mencari air karena ia sudah tidak mampu menyusui anaknya.
Hajar mendaki Bukit Shafa dan Marwah sebanyak tujuh kali, tetapi tidak menemukan air. Ia kaget saat melihat air jernih memancar dari hentakan kaki Ismail. Air itu terus memancar dan membentuk telaga yang hingga kini disebut Telaga Zam-Zam. Sejak adanya sumber air itu, banyak musafir dan pedagang yang singgah bahkan menetap di sana.
Suatu hari, Nabi Ibrahim berkunjung ke tempat itu. Beliau keheranan akan perubahan dari tempat sunyi menjadi ramai. Nabi Ibrahim bertanya tentang Hajar dan Ismail pada masyarakat setempat. Kemudian, beliau bergegas pergi ke Padang Arofah tempat Hajar dan Ismail tinggal dan menggembala ternak.
Nabi Ibrahim merasa sangat bahagia bertemu dengan istri dan anaknya setelah bertahun-tahun lamanya. Tatkala senja, mereka bermaksud pulang ke rumah. Di tengah perjalanan, mereka beristirahat di suatu tempat bernama Mudzalifah. Dalam tidur, Nabi Ibrahim bermimpi mendapat wahyu untuk menyembelih Ismail. Mimpi itu terulang pada malam berikutnya sampai tiga kali.
Akhirnya, Nabi Ibrahim mendatangi Ismail dan menceritakan apa yang diperintahkan padanya. Tanpa rasa takut atau ragu, Ismail menyanggupinya karena itu perintah Allah. Maka, mereka segera bersiap. Ismail diberi pakaian yang bagus-bagus. Kemudian, mereka berpamit pada Hajar dengan alasan jalan-jalan.
Di tengah jalan, mereka bertemu seseorang. Nabi Ibrahim tahu orang itu adalah iblis yang menyerupai manusia. Orang itu pun dilempari batu oleh Nabi Ibrahim dan Ismail. Inilah asal usul ibadah haji Jumratul Ula.
Tak jauh dari tempat itu, muncul lagi setan lain yang bermaksud mengganggu. Setan itu juga dilempari batu dan inilah peristiwa Jumratul Wustha. Di Bukit Aqobah, mereka kembali melempari jelmaan setan yang disebut Jumratul Aqobah.
Akhirnya, mereka sampai di Bukit Mina. Sebelum penyembelihan dilaksanakan, Ismail meminta Nabi Ibrahim untuk mengikat kedua tangan dan kakinya, menutup wajahnya dengan baju, dan mempercepat gesekan pedang, lalu memberikan salam dan pakaian pada ibunya sebagai kenang-kenangan. Nabi Ibrahim sangat terharu akan ketabahan putranya.
Ketika pedang telah menempel di leher Ismail, Nabi Ibrahim mendengar suara di angkasa. “Wahai, Ibrahim! Kau telah melaksanakan perintah Allah dalam mimpimu! Kami membalas ketaatanmu dengan balasan yang setimpal.” Beliau cepat-cepat menarik pedang dan nampaklah sosok Malaikat menuntun seekor domba. Kemudian, sebagai ganti nyawa Ismail, domba pemberian Jibril disembelih dan dagingnya dibagikan pada fakir miskin. Inilah asal mula Hari Raya Kurban.
Ketika dewasa, Ismail menjadi tokoh masyarakat yang disegani. Ia membimbing kaumnya dengan syariat agama Nabi Ibrahim yang lurus.
Suatu hari, Nabi Ibrahim mendapat wahyu agar membangun Ka’bah di dekat Telaga Zam-Zam. Akhirnya, Nabi Ibrahim dan putranya, Ismail, membangun Ka’bah pertama kali dengan peralatan yang sangat sederhana. Dan Nabi Ibrahim berdoa kepada Allah agar anak cucunya menjadi orang yang sabar dan taat kepada Allah.
Bangunan sudah selesai, tapi masih kurang satu bahan yaitu sebuah batu. Ismail menemukan sebuah batu hitam ajaib yang disebut Hajar Aswad. Mereka pun menciumi batu itu sambil mengelilingi Ka’bah. Inilah yang nantinya disebut Thawaf, yaitu keliling Ka’bah tujuh kali dan disunnahkan mencium Hajar Aswad.
Sejak berdirinya Ka’bah, tempat itu ramai dikunjungi orang dari berbagai negari. Hingga saat ini, banyak umat Islam di seluruh dunia berkumpul di Ka’bah pada musim haji.
Ismail menikah dengan wanita dari Suku Jurhum namun bercerai karena Nabi Ibrahim tidak menyukai sikap wanita yang sombong dan angkuh. Kemudian, Ismail menikah lagi dengan wanita Jurhum lainnya. Nabi Ibrahim menyukai sikapnya yang sopan dan ramah tamah. Mereka hidup rukun hingga akhir hayatnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar